SENI
TERAPAN MANCANEGARA
TURKI
KELOMPOK V :
NUR AVIA
ANDI REZKI DIAN SAFITRI
JUSRIANA
SUCI DWI PUTRI
ERSAN SETIAWAN
SMA NEGERI 3 SENGKANG UNGGULAN
KABUPATEN WAJO
2014/2015
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas
kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Berikut ini kami mempersembahkan sebuah makalah
dengan judul “Seni Terapan Mancanegara ( TURKI )”
yang menurut kami dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang
lebih luas tentang bangunan yang terkenal di Turki dan kami sadar bahwa makalah
ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah Seni tentang “Seni Terapan Mancanegara (TURKI )” ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi terhadap pembaca.
Sengkang, Januari 2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Republik
Turki (bahasa Turki: Türkiye Cumhuriyeti) disebut Türkiye (bahasa Turki: Türkiye)
adalah sebuah negara besar di kawasan Eurasia. Wilayahnya
terbentang dari Semenanjung Anatolia di Asia Barat Daya dan daerah Balkan di Eropa Tenggara. Turki berbatasan dengan Laut Hitam di sebelah utara; Bulgaria di sebelah barat
laut; Yunani dan Laut Aegea di sebelah barat; Georgia di timur laut; Armenia, Azerbaijan, dan Iran di sebelah timur; dan Irak dan Suriah di tenggara; dan Laut Mediterania di sebelah
selatan. Laut Marmara yang merupakan bagian dari Turki digunakan untuk
menandai batas wilayah Eropa dan Asia, sehingga Turki dikenal sebagai negara transkontinental. Ibu kota Turki berada di Ankara namun kota terpenting dan terbesar adalah Istanbul.
Disebabkan oleh lokasinya yang strategis di persilangan dua benua, budaya
Turki merupakan campuran budaya
Timur dan Barat
yang unik yang sering diperkenalkan sebagai jembatan antara dua buah peradaban.
Dengan adanya kawasan yang kuat dari Adriatik ke Tiongkok dalam jalur tanah di
antara Rusia dan India, Turki telah memperoleh kepentingan strategis yang
semakin tumbuh.
Dibidang arsitektur dapat dilihat pada
zaman dinasti Turki Usmani, sekitar abad ke-16 Turki Usmani berada
dalam masa keemasan dengan menguasai tiga benua (Asia, Afrika dan Eropa) dan
dua lautan (Laut Tengah dan Laut Merah) , ini sebagai bukti pada saat itu Turki
Usmani telah berhasil mengkokohkan seluruh aspek kepemerintahannya secara baik,
mulai dari tatanan kepemerintahan yang terorganisir, sistem perekonomian yang
mapan serta kekuatan militer yang tangguh sehingga mampu menahan berbagai
serangan, baik dari dalam maupun dari luar dan dengan kekuatan militer yang
dimiliki oleh Turki Usmani pada saat itu mampu melebarkan sayap kekuasaannya
sampai keberbagai belahan benua lainnya.
Corak seni arsitektur pada masa
pemerintahan dinasti usmaniah mengambil
tiga bentuk yaitu tipe masjid lapangan, masjid madrasah, dan masjid kubah.Arsitektur Masjid Istanbul sebagai
pusat pemerintahan kerajaan memiliki ratusan masjid yang bentuk arsitekturnya
hampir seragam. Ciri khas masjid di Turki terletak pada kubahnya yang indah
yang dikelilingi menara yang langsing dan tinggi, seolah-olah muncul dari
lengkung kubah dan melesat lepas ketinggian.pada masjid juga dibangun kolam
hias yang sangat indah didalam ruang masjid terdapat empat ruangan
yaitu:mihrab, mimbar, iwan dan shahn. Disamping mengambil bentuk kaligrafi,
corak arsitektur interior masjid mengambil bentuk relif-relif yang berasal dari
kebudayaan lokal. Corak yang demikian anggun dan tertata rapi tidak dapat
dilepaskan dari kepiawian arsitek
interior dinasti ini yang bernama hairuddin Ia telah menata interior masjid Aya
Shofhia yang sebelumnya merupakan gereja menjadi sebuah masjid yang memiliki
nilai arsitektur islam yang demikian tinggi dan menkjubkan. Ketinggian
nilai seninya bahkan imampu bertahan dan dapat dinikmati sampai dengan saat
ini. Sementara itu keistimewaan arsitektur ekstorior masjid Aya Shofia
terletak dari bentuk kubahnya yang sangat besar dan tinggi dengan diameter
30x54 m.interiornya dihiasi mozaik dan fresco yang demikian menkjubkan.
Tiang-tiangnya terbuaat dari batu pualam yang berwarna. kapitelnya dihiasi
berbagai ukiran dan kaligrafi ayat-ayat al-Qur’an.pada kempat penjurunya
didirikan menara yang meruncing dan menjulang tinggi. Bahkan untuk memperindah
bentuknya, Sinan membangun dua buah kubah yang besar. Bentuk arsitektur Masjid
Aya Shofia yang demikian kemudian menjadi model dan acuan arsitektur masjid
dinasti Usmaniah lainnya.
Pada
umumnya arsitektur yang dikembangkan dinasti usmaniyah dipadu dengan corak
interior melalui paduan warna yang harmonis dan tulisan kaligrafi. Arsitek yang
terkenal pada masa ini adalah Musa a’zami ia telah menghias interior masjid
Sulaiman, Masjid Abi ayyub al-anshary, Masjid Muhammad al-fatih, Masjid
salimiyah dan mengubah hiasan kristiani menjadi Masjid Aya Shofia, dengan
keindahan seni kaligrafi yang demikian indah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Blue Mosque Istanbul Turki / Mesjid Biru
1. Sejarah Pembangunan Blue Mosque
Istanbul Turki
Berkunjung
ke Turki, rugi rasanya kalau tak melihat keindahan dan keunikan Blue Mosque atau Masjid Biru. Disebut biru karena
masjid ini berhiaskan keramik-keramik berwarna biru yang menutupi dinding dan
kubahnya. Sejenak memandang masjid ini sangat indah dan teduh. Bangunan ini
berada di Istanbul Turki dan dibangun olehSultan Ahmed I berasal
dari Dinasti Ottoman yang menguasaiTurki pada abad ke-14. Sultan Ahmed I
memerintah Turki mulai tahun 1603 – 1617. Konstruksi masjid mulai dibangun pada
tahun 1609, oleh arsitek terkenal pada jaman itu, yaitu Mehmed Aga. Pada tahun
1616, masjid ini selesai dibangun. Sultan Ahmed I membangun Masjid Biru untuk
menandingi bangunan Hagia Sophiabuatan kaisar Byzantine yaitu Constantinople.
Hagia Sophia berada satu blok dari Masjid Biru. Hagia Sophia dulunya adalah
Gereja Byzantine sebelum jatuh ke daulah Turki Ottoman pada tahun 1453 M .
Blue Mosque
(Masjid Biru) terletak di kota Istanbul, Turki. Masjid ini juga disebut Masjid
Sultan Ahmed (bahasa Turki: Sultanahmet Camii. Camii artinya: masjid besar).
Istanbul merupakan ibukota Kesultanan Utsmaniyah ( dari 1453 sampai 1923).
Masjid ini dikenal dengan nama Masjid Biru karena warna keramik dan cat
interiornya didominasi warna biru. Akan tetapi cat biru tersebut bukan
merupakan bagian dari dekor asli masjid, maka cat tersebut dihilangkan.
Sekarang, interior masjid ini tidak terlihat berwarna biru.
Masjid ini dibangun pada bulan Agustus
1609 atas perintah Sultan Ahmed I, yang kemudian menjadi nama masjid tersebut.
Masjid ini terletak di kawasan tertua di Istanbul, di mana sebelum 1453
merupakan pusat Konstantinopel, ibukota Kekaisaran Bizantin/Bizantium. Berada
di dekat situs kuno Hippodrome, serta berdekatan juga dengan apa yang dulunya
bernama Gereja Kristen Kebijaksanaan Suci (Hagia Sophia) yang sekarang diubah
fungsinya menjadi museum.
Sultan Ahmed I, menugaskan seorang
arsitek kerajaan, Sedefhar Mehmet Ağa, murid dan asisten dari arsitektur
terkenal Mimar Sinan untuk membangun masjid biru ini. Arsitek Sedefhar Mehmet
Aga diberi mandat untuk tidak perlu berhemat biaya dalam penciptaan tempat
ibadah umat Islam yang besar dan indah ini. Struktur dasar bangunan ini hampir
berbentuk kubus, berukuran 53 kali 51 meter. Seperti halnya di semua masjid,
masjid ini diarahkan sedemikian rupa sehingga orang yang melakukan Salat
menghadap ke Makkah, dengan mihrab berada di depan. Pembangunan masjid ini
memerlukan waktu 7 tahun atau selesai pada tahun 1616. Sultan Ahmed I wafat
saat berumur 27 tahun, atau 1 tahun setelah selesainya pembangunan masjid ini.
Kemudian dia dimakamkan di halaman masjid ini, begitu juga istri dan ketiga
puteranya.
Dalam pembangunannya, menurut salah satu
sumber, Sultan Ahmed I menginginkan untuk dibuat menara yang terbuat dari emas,
atau dalam bahasa Turki ‘Altin’. Tapi sang arsitek memahaminya dg ‘Alti’, yg
dalam bahasa Turki berarti 6. Sehingga jadilah sebuah masjid yg memiliki 6
menara. Namun Sultan Ahmed pun juga menyukai keenam menara masjid tersebut.
Sebelumnya tidak ada masjid yg memiliki 6 menara seperti Blue Mosque. Masjid
ini dilengkapi dg 260 jendela. Ruangan ibadahnya berukuran 64 x 72 meter.
Masjid ini memiliki bentuk persegi, yg terdapat kubah ditengahnya, yg
dilengkapi dengan 4 setengah-lingkaran kubah dari 4 arah yg berbeda. Di sekitar
masjid ini, juga dibangun sekolah, istana peristirahatan bagi Sultan, tempat
pemandian, air mancur, rumah sakit, serta kamar-kamar yg disewakan saat itu.
2A. Interior – Interior Bangunan Blue Mosque
Istanbul Turki
Kembali
ke Masjid Biru yang elok nan rupawan ini, memiliki 6 menara, diameter kubah
23,5 meter dengan tinggi kubah 43 meter, dan kolom beton berdiameter 5 meter.
Masjid ini adalah satu dari dua buah masjid di Turki yang mempunyai enam
menara, yang satu lagi berada di Adana. Menurut legenda, Sultan Ahmed I meminta
kepada Mehmed Aga untuk membuat menara yang terbuat dari emas. Kata emas dalam
bahasa Turki adalah “altin”. Apa mau dikata, sang arsitek salah mendengar. Ia
mengira Sultan Ahmed I ingin memiliki masjid dengan 6 menara. Kata enam dalam
bahasa Turki bunyinya “alti” dan memang terdengar amat mirip dengan “altin”
Akhirnya dibuatlah Blue Mosque dengan 6 menara, bukannya 4
menara yang terbuat dari emas. Balkoni-balkoni
yang ada pada menaranya bisa di capai dengan menaiki tangga berbentuk spiral
yang berada di bagian dalam gedung. Di masa lalu, muazzin atau pelantun adzan
selalu menaiki tangga ini untuk melantunkan adzan 5 kali dalam sehari untuk
memanggil umat Islam melaksanakan ibadah sholat. Tadinya Mehmed Aga mengira kepalanya akan dipenggal oleh
Sultan Ahmed I, namun ketika selesai, konon Sultan Ahmed I justru terpukau
dengan desain 6 menara yang unik itu. Kabarnya, akibat jumlah menara yang sama
dengan Masjidil Haram di Makkah saat itu,Sultan Ahmed I mendapat kritikan tajam
sehingga akhirnya beliau menyumbangkan biaya pembuatan menara ketujuh untuk
Masjidil Haram. Yang menarik, sebuah rantai besi yang berat dipasang di atas
pintu gerbang masjid sebelah barat. Di masa lalu, hanya Sultan Ahmed I yang boleh
memasuki halaman masjid dengan mengendarai kuda, dan rantai ini dipasang agar
Sultan Ahmed I menundukkan kepalanya saat melintas masuk agar tidak terantuk
rantai tersebut. Ini dimaksudkan sebagai simbol kerendahan hati penguasa di
hadapan kekuasaan Ilahi.
Masjid Biru, hingga kini, masih
berfungsi sebagai tempat ibadah. Masuk dalam kompleks masjid terbesar di
Istanbul ini, kita melewati taman bunga yang dilindungi pepohonan yang rindang.
Sebuah tempat wudhu berderet di sisi depan masjid menyambut kita sebelum
memasuki bagian dalam kompleks masjid.
Untuk menghormati masjid, wisatawan harus berpakaian sopan saat memasuki
ruang masjid. Wanita harus mengenakan kerudung. Penjaga selalu siap
mengingatkan di depan pintu masuk. Begitu sampai di dalam, sejumlah tamu Muslim
melakukan shalat sunah masjid. Sementara sebagian lain memandang masjid dari
bagian shaf belakang. Sebab, bagian depan hanya diperkenankan bagi mereka yang
hendak bershalat. Dari luar, tampaknya tak ada alasan karya arsitek Mehmed Aga
yang dibangun pada 1609-1616 ini disebut dengan nama Masjid Biru. Barulah
setelah kita masuk ke dalam, tampak bahwa interior masjid ini dihiasi 20.000
keping keramik biru yang diambil dari tempat kerajinan keramik terbaik di
daerah Iznik . Kawasan Turki yang terkenal menghasilkan keramik nomor wahid
berwarna biru, hijau, ungu, dan putih.
Karpet sutera yang menutup lantai masjid berasal dari tempat
pemintalan sutera terbaik dan lampu-lampu minyak yang terbuat dari kristal
merupakan produk impor. Banyak terdapat barang-barang dan hadiah berharga di
masjid ini, termasuk Al Quranbertuliskan tangan. Keramik yang menghiasi dinding
masjid bermotifkan daun, tulip, mawar, anggur, bunga delima atau motif-motif
geometris. Terdapat 260 jendela di dalam masjid ini, sehingga bila kita berada
didalamnya, suasananya teduh dan sejuk. Elemen penting dalam masjid ini adalah
mihrab yang terbuat dari marmer yang dipahat dengan hiasan stalaktit dan panel
incritive dobel di atasnya. Tembok disekitarnya dipenuhi dengan keramik. Masjid
ini didesain agar dalam kondisi yang paling penuh sekalipun, semua yang ada di
masjid tetap dapat melihat dan mendengar Imam.
Pada bagian dalam Blue Mosque dihiasi oleh
20.000 keping keramik handmade berwarna biru yang dibuat di Iznik city (Niceae)
dg 50 disain bunga tulip yg berbeda. Keramik pada lantai bawah dibuat dg desain
tradisional Turki, sementara keramik di lantai galeri dibuat dg disain bunga
dan buah-buahan. Semua keramik ini didisain oleh seorang ahli keramik dari
Iznik, Ksap Haci dan Baris Efendi dari Avanos, Cappadocia. Keramik di sekitar
Blue Mosque sempat direstorasi setelah terjadi kebakaran di tahun 1574.
Pada lantai atas masjid ini, interiornya
didominasi oleh cat biru. Lebih dari 200 kaca hias dipakai untuk jendela masjid
yg memberi jalan bagi cahaya dari luar untuk menerangi masjid ini. Pada
lampu-lampu masjid yg awal, dihiasai dengan emas dan batu berharga. Telur
burung unta juga dipakai pada lampu utama masjid ini untuk mengurangi
terjadinya sarang laba-laba. Seorang yang piawai dalam kaligrafi saat itu,
Seyyid Kasim Gubari, juga diberi tugas untuk melengkapi masjid dengan hiasan
tulisan Al Quran di dalamnya. Pada tiap semi dome (kubah setengah lingkaran)
dilengkapi dengan 14 jendela dan 28 jendela pada kubah tengahnya. Kaca berwarna
yang dipakai pada jendela-jendela ini adalah hadiah persembahan dari Ratu
Venice kepada Sang Sultan. Hanya saja sebagian besar dari kaca-kaca ini sudah
direstorasi agar tampak bagus.
Di Blue Mosque,
pengunjung bisa menyaksikan kemegahan kubah masjidnya yang memiliki ketinggian
43 meter. Tak seperti kebanyakan masjid-masjid lain kubah-kubah tersebut
tersusun secara cantik satu sama lain dan menjulang tinggi kea rah langit
Istambul. Kubah-kubah tersebut berdiri di topang oleh empat pilar raksasa
dimana di sana juga terdapat ukiran-ukiran indah yang bisa disaksikan. Menara
dan kubah di Blue Mosque di sepuh oleh logam timah. Sementara plat-plat emas
menjadi pembatas di balkoni yang ada pada menaranya.
Masjid ini memiliki sembilan kubah
(satu kubah utama dan delapan kubah sekunder_ dan enam menara masjid. Ornamen
bunga-bungaan dan tanaman bersulur itu tampak sangat indah memendarkan warna
biru saat ditimpa cahaya matahari yang masuk lewat jendela 260 kaca patri.
Mesjid yang
memiliki 6 menara dan pelataran mesjid dengan ditengahnya terdapat tempat
mengambil wudhu ini terlihat sangat kokoh dari luar dengan pilar-pilar yang
menyangga atap sekeliling pelataran dengan tampilan luar yang mirip dengan
Suleymaniye Mosque.
Berbagai titik di luar mesjid ini juga
menjadi tempat yang cocok untuk mengambil foto. Eksterior yang tak kalah megah
dengan interiornya membuat kita betah berlama-lama mengelilingi Blue Mosque
ini. Coba juga kunjungi kawasan mesjid ini di malam hari. Di tamannya terdapat
air mancur yang memancarkan cahaya berwarna-warni, tempat kita bisa duduk-duduk
di kursi taman sambil menikmati kudapan yang dijajakan para pedagang kaki lima.
Kawasan ini akan sangat ramai di akhir pekan, karena memang menjadi pusat Kota
Tua, tujuan utama wisata di Istanbul.
Blue Mosque masih aktif digunakan sebagai
masjid dan merupakan masjid utama di Istanbul. Selain interiornya yang indah
dan dihiasi banyak keramik dan lampu-lampu.Mesjid Sultan Ahmed juga memilki
halaman dan courtyard yang luas yang semakin menambah kemegahan masjid ini. Elemen penting dalam masjid ini adalah mihrab yang
terbuat dari marmer yang dipahat dengan hiasan stalaktit dan
panel incritive dobel di atasnya. Tembok disekitarnya dipenuhi dengan keramik. Masjid ini didesain agar dalam kondisi yang paling penuh sekalipun, semua yang ada di masjid
tetap dapat melihat dan mendengar Imam.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Arsitektur pada masa Turki Usmani tidak
hanya terdapat pada bangunan yang melayani fungsi keagamaan saja, seperti
masjid, madrasah, dan makam, tetapi juga pada setiap rancang bangunan yang
diciptakan untuk melayani fungsi sekuler, seperti istana atau rumah sakit.
Arsitektur Islam pada masa itu juga bukan hanya seni rancang bangun pada
bangunan skala besar, melainkan juga pada bagian dan pernik ruangan yang lebih
spesifik dan lebih mendetail, seperti kubah, menara, mihrab, mimbar, koridor,
tiang, pintu, jendela, dan hiasan interior lainnya. Pada kenyataannya,
bangunan-bangunan keagamaan dan sekuler sering melayani fungsi-fungsi keagamaan
dan sekuler sekaligus. Pada umumnya, kedua jenis bangunan ini terletak dalam
satu area atau satu kompleks (kulliye). Dan sampai saat ini
jejak-jejak peninggalan peradaban Turki Usmani tersebut masih bisa kita lihat
di Turki khususnya di Istanbul dan Edirne. Kokoh dan indahnya rancang bangun
pada masa tersebut sebagai bukti konkrit tingginya peradaban islam pada waktu
itu
B.
Saran
Adapun saran dari kami adalah suatu seni
akan menjadi berkesan bila kita bisa memaknainya, dan suatu seni dapat
berkembang apabila kita mampu untuk melakukan yang terbaik dan, berkreasi dalam
seni.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar