Cari Blog Ini

Sabtu, 21 Februari 2015

Makalah Seni Terapan Mancanegara Turki

SENI TERAPAN MANCANEGARA
TURKI

KELOMPOK V :

NUR AVIA
ANDI REZKI DIAN SAFITRI
JUSRIANA
SUCI DWI PUTRI
ERSAN SETIAWAN

SMA NEGERI 3 SENGKANG UNGGULAN
KABUPATEN WAJO
2014/2015







Kata Pengantar


      Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Berikut ini kami mempersembahkan sebuah makalah dengan judul “Seni Terapan Mancanegara ( TURKI )” yang menurut kami dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas tentang bangunan yang terkenal di Turki dan kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. 
  Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah Seni tentang Seni Terapan Mancanegara (TURKI )” ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat  memberikan inspirasi terhadap pembaca.





Sengkang, Januari 2015 

                                         
                                                                                               Penulis









BAB I

PENDAHULUAN


    Republik Turki (bahasa Turki: Türkiye Cumhuriyeti) disebut Türkiye (bahasa Turki: Türkiye) adalah sebuah negara besar di kawasan Eurasia. Wilayahnya terbentang dari Semenanjung Anatolia di Asia Barat Daya dan daerah Balkan di Eropa Tenggara. Turki berbatasan dengan Laut Hitam di sebelah utara; Bulgaria di sebelah barat laut; Yunani dan Laut Aegea di sebelah barat; Georgia di timur laut; Armenia, Azerbaijan, dan Iran di sebelah timur; dan Irak dan Suriah di tenggara; dan Laut Mediterania di sebelah selatan. Laut Marmara yang merupakan bagian dari Turki digunakan untuk menandai batas wilayah Eropa dan Asia, sehingga Turki dikenal sebagai negara transkontinental. Ibu kota Turki berada di Ankara namun kota terpenting dan terbesar adalah Istanbul. Disebabkan oleh lokasinya yang strategis di persilangan dua benua, budaya Turki merupakan campuran budaya Timur dan Barat yang unik yang sering diperkenalkan sebagai jembatan antara dua buah peradaban. Dengan adanya kawasan yang kuat dari Adriatik ke Tiongkok dalam jalur tanah di antara Rusia dan India, Turki telah memperoleh kepentingan strategis yang semakin tumbuh.
    Dibidang arsitektur dapat dilihat pada zaman dinasti Turki Usmani, sekitar abad ke-16 Turki Usmani berada dalam masa keemasan dengan menguasai tiga benua (Asia, Afrika dan Eropa) dan dua lautan (Laut Tengah dan Laut Merah) , ini sebagai bukti pada saat itu Turki Usmani telah berhasil mengkokohkan seluruh aspek kepemerintahannya secara baik, mulai dari tatanan kepemerintahan yang terorganisir, sistem perekonomian yang mapan serta kekuatan militer yang tangguh sehingga mampu menahan berbagai serangan, baik dari dalam maupun dari luar dan dengan kekuatan militer yang dimiliki oleh Turki Usmani pada saat itu mampu melebarkan sayap kekuasaannya sampai keberbagai belahan benua lainnya.
    Corak seni arsitektur pada masa pemerintahan dinasti usmaniah mengambil tiga bentuk yaitu tipe masjid lapangan, masjid madrasah, dan masjid kubah.Arsitektur Masjid Istanbul sebagai pusat pemerintahan kerajaan memiliki ratusan masjid yang bentuk arsitekturnya hampir seragam. Ciri khas masjid di Turki terletak pada kubahnya yang indah yang dikelilingi menara yang langsing dan tinggi, seolah-olah muncul dari lengkung kubah dan melesat lepas ketinggian.pada masjid juga dibangun kolam hias yang sangat indah didalam ruang masjid terdapat empat ruangan yaitu:mihrab, mimbar, iwan dan shahn. Disamping mengambil bentuk kaligrafi, corak arsitektur interior masjid mengambil bentuk relif-relif yang berasal dari kebudayaan lokal. Corak yang demikian anggun dan tertata rapi tidak dapat dilepaskan dari kepiawian arsitek interior dinasti ini yang bernama hairuddin Ia telah menata interior masjid Aya Shofhia yang sebelumnya merupakan gereja menjadi sebuah masjid yang memiliki nilai arsitektur islam yang demikian tinggi dan menkjubkan. Ketinggian nilai seninya bahkan imampu bertahan dan dapat dinikmati sampai dengan saat ini. Sementara itu keistimewaan arsitektur ekstorior masjid Aya Shofia terletak dari bentuk kubahnya yang sangat besar dan tinggi dengan diameter 30x54 m.interiornya dihiasi mozaik dan fresco yang demikian menkjubkan. Tiang-tiangnya terbuaat dari batu pualam yang berwarna. kapitelnya dihiasi berbagai ukiran dan kaligrafi ayat-ayat al-Qur’an.pada kempat penjurunya didirikan menara yang meruncing dan menjulang tinggi. Bahkan untuk memperindah bentuknya, Sinan membangun dua buah kubah yang besar. Bentuk arsitektur Masjid Aya Shofia yang demikian kemudian menjadi model dan acuan arsitektur masjid dinasti Usmaniah lainnya.
    Pada umumnya arsitektur yang dikembangkan dinasti usmaniyah dipadu dengan corak interior melalui paduan warna yang harmonis dan tulisan kaligrafi. Arsitek yang terkenal pada masa ini adalah Musa a’zami ia telah menghias interior masjid Sulaiman, Masjid Abi ayyub al-anshary, Masjid Muhammad al-fatih, Masjid salimiyah dan mengubah hiasan kristiani menjadi Masjid Aya Shofia, dengan keindahan seni kaligrafi yang demikian indah.






BAB II

PEMBAHASAN

A. Blue Mosque Istanbul Turki / Mesjid Biru


1.      Sejarah Pembangunan Blue Mosque Istanbul Turki


        Berkunjung ke Turki, rugi rasanya kalau tak melihat keindahan dan keunikan Blue Mosque atau Masjid Biru. Disebut biru karena masjid ini berhiaskan keramik-keramik berwarna biru yang menutupi dinding dan kubahnya. Sejenak memandang masjid ini sangat indah dan teduh. Bangunan ini berada di Istanbul Turki dan dibangun olehSultan Ahmed I berasal dari Dinasti Ottoman yang menguasaiTurki pada abad ke-14. Sultan Ahmed I memerintah Turki mulai tahun 1603 – 1617. Konstruksi masjid mulai dibangun pada tahun 1609, oleh arsitek terkenal pada jaman itu, yaitu Mehmed Aga. Pada tahun 1616, masjid ini selesai dibangun. Sultan Ahmed I membangun Masjid Biru untuk menandingi bangunan Hagia Sophiabuatan kaisar Byzantine yaitu Constantinople. Hagia Sophia berada satu blok dari Masjid Biru. Hagia Sophia dulunya adalah Gereja Byzantine sebelum jatuh ke daulah Turki Ottoman pada tahun 1453 M .
Blue Mosque (Masjid Biru) terletak di kota Istanbul, Turki. Masjid ini juga disebut Masjid Sultan Ahmed (bahasa Turki: Sultanahmet Camii. Camii artinya: masjid besar). Istanbul merupakan ibukota Kesultanan Utsmaniyah ( dari 1453 sampai 1923). Masjid ini dikenal dengan nama Masjid Biru karena warna keramik dan cat interiornya didominasi warna biru. Akan tetapi cat biru tersebut bukan merupakan bagian dari dekor asli masjid, maka cat tersebut dihilangkan. Sekarang, interior masjid ini tidak terlihat berwarna biru.

      Masjid ini dibangun pada bulan Agustus 1609 atas perintah Sultan Ahmed I, yang kemudian menjadi nama masjid tersebut. Masjid ini terletak di kawasan tertua di Istanbul, di mana sebelum 1453 merupakan pusat Konstantinopel, ibukota Kekaisaran Bizantin/Bizantium. Berada di dekat situs kuno Hippodrome, serta berdekatan juga dengan apa yang dulunya bernama Gereja Kristen Kebijaksanaan Suci (Hagia Sophia) yang sekarang diubah fungsinya menjadi museum.
  
       Sultan Ahmed I, menugaskan seorang arsitek kerajaan, Sedefhar Mehmet Ağa, murid dan asisten dari arsitektur terkenal Mimar Sinan untuk membangun masjid biru ini. Arsitek Sedefhar Mehmet Aga diberi mandat untuk tidak perlu berhemat biaya dalam penciptaan tempat ibadah umat Islam yang besar dan indah ini. Struktur dasar bangunan ini hampir berbentuk kubus, berukuran 53 kali 51 meter. Seperti halnya di semua masjid, masjid ini diarahkan sedemikian rupa sehingga orang yang melakukan Salat menghadap ke Makkah, dengan mihrab berada di depan. Pembangunan masjid ini memerlukan waktu 7 tahun atau selesai pada tahun 1616. Sultan Ahmed I wafat saat berumur 27 tahun, atau 1 tahun setelah selesainya pembangunan masjid ini. Kemudian dia dimakamkan di halaman masjid ini, begitu juga istri dan ketiga puteranya.

       Dalam pembangunannya, menurut salah satu sumber, Sultan Ahmed I menginginkan untuk dibuat menara yang terbuat dari emas, atau dalam bahasa Turki ‘Altin’. Tapi sang arsitek memahaminya dg ‘Alti’, yg dalam bahasa Turki berarti 6. Sehingga jadilah sebuah masjid yg memiliki 6 menara. Namun Sultan Ahmed pun juga menyukai keenam menara masjid tersebut. Sebelumnya tidak ada masjid yg memiliki 6 menara seperti Blue Mosque. Masjid ini dilengkapi dg 260 jendela. Ruangan ibadahnya berukuran 64 x 72 meter. Masjid ini memiliki bentuk persegi, yg terdapat kubah ditengahnya, yg dilengkapi dengan 4 setengah-lingkaran kubah dari 4 arah yg berbeda. Di sekitar masjid ini, juga dibangun sekolah, istana peristirahatan bagi Sultan, tempat pemandian, air mancur, rumah sakit, serta kamar-kamar yg disewakan saat itu.
 
2A.  Interior – Interior Bangunan Blue Mosque Istanbul Turki
       Kembali ke Masjid Biru yang elok nan rupawan ini, memiliki 6 menara, diameter kubah 23,5 meter dengan tinggi kubah 43 meter, dan kolom beton berdiameter 5 meter. Masjid ini adalah satu dari dua buah masjid di Turki yang mempunyai enam menara, yang satu lagi berada di Adana. Menurut legenda, Sultan Ahmed I meminta kepada Mehmed Aga untuk membuat menara yang terbuat dari emas. Kata emas dalam bahasa Turki adalah “altin”. Apa mau dikata, sang arsitek salah mendengar. Ia mengira Sultan Ahmed I ingin memiliki masjid dengan 6 menara. Kata enam dalam bahasa Turki bunyinya “alti” dan memang terdengar amat mirip dengan “altin”

     Akhirnya dibuatlah Blue Mosque dengan 6 menara, bukannya 4 menara yang terbuat dari emas. Balkoni-balkoni yang ada pada menaranya bisa di capai dengan menaiki tangga berbentuk spiral yang berada di bagian dalam gedung. Di masa lalu, muazzin atau pelantun adzan selalu menaiki tangga ini untuk melantunkan adzan 5 kali dalam sehari untuk memanggil umat Islam melaksanakan ibadah sholat. Tadinya Mehmed Aga mengira kepalanya akan dipenggal oleh Sultan Ahmed I, namun ketika selesai, konon Sultan Ahmed I justru terpukau dengan desain 6 menara yang unik itu. Kabarnya, akibat jumlah menara yang sama dengan Masjidil Haram di Makkah saat itu,Sultan Ahmed I mendapat kritikan tajam sehingga akhirnya beliau menyumbangkan biaya pembuatan menara ketujuh untuk Masjidil Haram. Yang menarik, sebuah rantai besi yang berat dipasang di atas pintu gerbang masjid sebelah barat. Di masa lalu, hanya Sultan Ahmed I yang boleh memasuki halaman masjid dengan mengendarai kuda, dan rantai ini dipasang agar Sultan Ahmed I menundukkan kepalanya saat melintas masuk agar tidak terantuk rantai tersebut. Ini dimaksudkan sebagai simbol kerendahan hati penguasa di hadapan kekuasaan Ilahi.
       Masjid Biru, hingga kini, masih berfungsi sebagai tempat ibadah. Masuk dalam kompleks masjid terbesar di Istanbul ini, kita melewati taman bunga yang dilindungi pepohonan yang rindang. Sebuah tempat wudhu berderet di sisi depan masjid menyambut kita sebelum memasuki bagian dalam kompleks masjid.

      Untuk menghormati masjid, wisatawan harus berpakaian sopan saat memasuki ruang masjid. Wanita harus mengenakan kerudung. Penjaga selalu siap mengingatkan di depan pintu masuk. Begitu sampai di dalam, sejumlah tamu Muslim melakukan shalat sunah masjid. Sementara sebagian lain memandang masjid dari bagian shaf belakang. Sebab, bagian depan hanya diperkenankan bagi mereka yang hendak bershalat. Dari luar, tampaknya tak ada alasan karya arsitek Mehmed Aga yang dibangun pada 1609-1616 ini disebut dengan nama Masjid Biru. Barulah setelah kita masuk ke dalam, tampak bahwa interior masjid ini dihiasi 20.000 keping keramik biru yang diambil dari tempat kerajinan keramik terbaik di daerah Iznik . Kawasan Turki yang terkenal menghasilkan keramik nomor wahid berwarna biru, hijau, ungu, dan putih.
         Karpet sutera yang menutup lantai masjid berasal dari tempat pemintalan sutera terbaik dan lampu-lampu minyak yang terbuat dari kristal merupakan produk impor. Banyak terdapat barang-barang dan hadiah berharga di masjid ini, termasuk Al Quranbertuliskan tangan. Keramik yang menghiasi dinding masjid bermotifkan daun, tulip, mawar, anggur, bunga delima atau motif-motif geometris. Terdapat 260 jendela di dalam masjid ini, sehingga bila kita berada didalamnya, suasananya teduh dan sejuk. Elemen penting dalam masjid ini adalah mihrab yang terbuat dari marmer yang dipahat dengan hiasan stalaktit dan panel incritive dobel di atasnya. Tembok disekitarnya dipenuhi dengan keramik. Masjid ini didesain agar dalam kondisi yang paling penuh sekalipun, semua yang ada di masjid tetap dapat melihat dan mendengar Imam.

        Pada bagian dalam Blue Mosque dihiasi oleh 20.000 keping keramik handmade berwarna biru yang dibuat di Iznik city (Niceae) dg 50 disain bunga tulip yg berbeda. Keramik pada lantai bawah dibuat dg desain tradisional Turki, sementara keramik di lantai galeri dibuat dg disain bunga dan buah-buahan. Semua keramik ini didisain oleh seorang ahli keramik dari Iznik, Ksap Haci dan Baris Efendi dari Avanos, Cappadocia. Keramik di sekitar Blue Mosque sempat direstorasi setelah terjadi kebakaran di tahun 1574.


     Pada lantai atas masjid ini, interiornya didominasi oleh cat biru. Lebih dari 200 kaca hias dipakai untuk jendela masjid yg memberi jalan bagi cahaya dari luar untuk menerangi masjid ini. Pada lampu-lampu masjid yg awal, dihiasai dengan emas dan batu berharga. Telur burung unta juga dipakai pada lampu utama masjid ini untuk mengurangi terjadinya sarang laba-laba. Seorang yang piawai dalam kaligrafi saat itu, Seyyid Kasim Gubari, juga diberi tugas untuk melengkapi masjid dengan hiasan tulisan Al Quran di dalamnya. Pada tiap semi dome (kubah setengah lingkaran) dilengkapi dengan 14 jendela dan 28 jendela pada kubah tengahnya. Kaca berwarna yang dipakai pada jendela-jendela ini adalah hadiah persembahan dari Ratu Venice kepada Sang Sultan. Hanya saja sebagian besar dari kaca-kaca ini sudah direstorasi agar tampak bagus.

     Di Blue Mosque, pengunjung bisa menyaksikan kemegahan kubah masjidnya yang memiliki ketinggian 43 meter. Tak seperti kebanyakan masjid-masjid lain kubah-kubah tersebut tersusun secara cantik satu sama lain dan menjulang tinggi kea rah langit Istambul. Kubah-kubah tersebut berdiri di topang oleh empat pilar raksasa dimana di sana juga terdapat ukiran-ukiran indah yang bisa disaksikan. Menara dan kubah di Blue Mosque di sepuh oleh logam timah. Sementara plat-plat emas menjadi pembatas di balkoni yang ada pada menaranya.
        Masjid ini memiliki sembilan kubah (satu kubah utama dan delapan kubah sekunder_ dan enam menara masjid. Ornamen bunga-bungaan dan tanaman bersulur itu tampak sangat indah memendarkan warna biru saat ditimpa cahaya matahari yang masuk lewat jendela 260 kaca patri. 


     Mesjid yang memiliki 6 menara dan pelataran mesjid dengan ditengahnya terdapat tempat mengambil wudhu ini terlihat sangat kokoh dari luar dengan pilar-pilar yang menyangga atap sekeliling pelataran dengan tampilan luar yang mirip dengan Suleymaniye Mosque. 



     Berbagai titik di luar mesjid ini juga menjadi tempat yang cocok untuk mengambil foto. Eksterior yang tak kalah megah dengan interiornya membuat kita betah berlama-lama mengelilingi Blue Mosque ini. Coba juga kunjungi kawasan mesjid ini di malam hari. Di tamannya terdapat air mancur yang memancarkan cahaya berwarna-warni, tempat kita bisa duduk-duduk di kursi taman sambil menikmati kudapan yang dijajakan para pedagang kaki lima. Kawasan ini akan sangat ramai di akhir pekan, karena memang menjadi pusat Kota Tua, tujuan utama wisata di Istanbul. 

Blue Mosque masih aktif digunakan sebagai masjid dan merupakan masjid utama di Istanbul. Selain interiornya yang indah dan dihiasi banyak keramik dan lampu-lampu.Mesjid Sultan Ahmed juga memilki halaman dan courtyard yang luas yang semakin menambah kemegahan masjid ini. Elemen penting dalam masjid ini adalah mihrab yang terbuat dari marmer yang dipahat dengan hiasan stalaktit dan panel incritive dobel di atasnya. Tembok disekitarnya dipenuhi dengan keramik. Masjid ini didesain agar dalam kondisi yang paling penuh sekalipun, semua yang ada di masjid tetap dapat melihat dan mendengar Imam.





BAB III

PENUTUP


A.   Kesimpulan
      Arsitektur pada masa Turki Usmani tidak hanya terdapat pada bangunan yang melayani fungsi keagamaan saja, seperti masjid, madrasah, dan makam, tetapi juga pada setiap rancang bangunan yang diciptakan untuk melayani fungsi sekuler, seperti istana atau rumah sakit. Arsitektur Islam pada masa itu juga bukan hanya seni rancang bangun pada bangunan skala besar, melainkan juga pada bagian dan pernik ruangan yang lebih spesifik dan lebih mendetail, seperti kubah, menara, mihrab, mimbar, koridor, tiang, pintu, jendela, dan hiasan interior lainnya. Pada kenyataannya, bangunan-bangunan keagamaan dan sekuler sering melayani fungsi-fungsi keagamaan dan sekuler sekaligus. Pada umumnya, kedua jenis bangunan ini terletak dalam satu area atau satu kompleks (kulliye). Dan sampai saat ini jejak-jejak peninggalan peradaban Turki Usmani tersebut masih bisa kita lihat di Turki khususnya di Istanbul dan Edirne. Kokoh dan indahnya rancang bangun pada masa tersebut sebagai bukti konkrit tingginya peradaban islam pada waktu itu
B.   Saran
      Adapun saran dari kami adalah suatu seni akan menjadi berkesan bila kita bisa memaknainya, dan suatu seni dapat berkembang apabila kita mampu untuk melakukan yang terbaik dan, berkreasi dalam seni.











DAFTAR PUSTAKA



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LOVE by Lyn ft Hanhae (Ost Are You Human Too)

Romanization: neoga eopsneun haruharu geunyang geurae mwol haedo bwado jeonhyeo jeulgeopjiga anha eodiya gati meolli tteonallae m...